Selasa, 09 Mei 2017

Ahok “Harus” Dipenjara.

Perenungan singkat saya atas terjadinya peristiwa yang baru saja terjadi. Yaitu dimana Ahok dipenjara. Teringat akan diskusi – diskusi singkat dengan teman-teman seiman, pelayanan saya di gereja dan keluarga menyikapi dengan kasus ahok setahun yang lalu. Saya masih merasa terbeban jika saya harus bilang ahok bebas dan menjadi gubernur lagi. Saya menjawab diskusi terhadap teman-teman dan keluarga bahwa ahok harus dipenjara. Saya tidak mengerti saat itu mengapa terlintas dari pemikiran saya seperti itu dan akhirnya ahok di masukan didalam penjara saat ini sesuai dengan pemikiran saya. Perenungan singkat saya memperlihatkan dari konteks yang berbeda. Kita coba belajar dari seorang Musa, dialah nabi yang membawa bangsa Israel keluar dari tanah mesir. Tapi apa yang terjadi dengan musa? Musa mendapat hukuman dari Tuhan dia tidak sampai ke tanah perjanjian. Kenapa dan ada apa dengan Musa? Sebegitu hebatnya Musa di utus untuk memimpin bangsa Israel keluar dari tanah Mesir, taat dan setia kepada perintah Tuhan. Dengan demikian hal apa yang membuat musa dihukum?. Ya, hanya hal “sepele” yang kelewatan dari mulut dan sikap Musa, bukan kepada Tuhan tetapi kepada Israel. Tuhan begitu mengasihi Israel saat itu. (Bil 20 : 2-13). Saya tidak terlalu paham memnjelaskan dan menafsirkan ayat ini dengan jelas. Tetapi saya mengutip dan mencari tahu beberapa tafsiran yang masih harus dicari kebenarannya. Yaitu Musa menunjukan ketidak taatannya kepada Tuhan dengan melaksanakan perintah Tuhan dengan penuh emosi dan marah kepada umatnya yang terus bersungut-sungut kepada Tuhan. Menyebabkan Musa kelewatan batas. Musa merepresentasikan kemarahannya dengan ucapan yang menyudutkan bangsa Israel dan dengan begitu emosinya memukul batu( Bil 20:10-11). Padahal Tuhan hanya menyuruh Musa “ Katakanlah di depan mata mereka kepada bukit batu itu supaya diberi airnya; demikianlah engkau mengeluarkanair dari bukit batu itu bagi mereka dan member minum umat itu serta ternaknya.”(Bil 20:8). Hal ini mengingatkan saya dengan kasus Ahok, ya Ahok punya sikap hidup yang hebat, integritas, ketaatan, keadilan dan kesungguhannya membawa Jakarta ini dengan begitu serius. Tetapi ya, “ Sepele” dengan kalimat yang di anggap menistai salah satu agama tetapi itu menjad catatan penting akan sebuah model yang sempurna sesuai dengan rancangan Tuhan. Banyak orang itu dianggap “lidah kepleset” tetapi bagaimana mungkin seorang ahok yang Kristen bisa mengucapkan kata Al-Maidah 51 jika Ahok sendiri tidak mempersiapkan kalimat tersebut? Bahkan Ahok memiliki seorang saudara angkat yang Islam taat juga?.Ahok hanya begitu marah dan kecewa dengan mereka-mereka yan terus mengolok-olok ahok sebagai orang Kristen yang tak layak menjadi seorang pemimpin. Ya, Ahok Harus dipenjara. Seperti Musa. Apakah Tuhan tidak adil dengan menghukum Musa yang sudah benar-benar mati-matian membawa Israel keluar dari Mesir dan hidup di padang gurun?. Sama halnya apakah ada yang salah ketika pengadilan memberikan hukuman kepada ahok yang sudah habis-habisan membenahi Jakarta? Tidak ada yang salah. Musa harus di hukum, demikian sekali lagi Ahok Harus Di Penjara. Sampai sekarang saya tidak mengerti hal ini tetapi ini menjadi beban pergumulan saya. Apakah hal ini berhenti di sini saja? Tidak!. YOSUA! Tanpa Musa, tak ada Yosua yang mampu memimpin Israel ketanah perjanjian. Tanpa Ahok, tak ada “Yosua-Yosua” baru yang memimpin bangsa kita ke tanah perjanjian. Hal ini makin menyadari waktunya sudah semakin dekat. “Tanah perjanjian” sudah jelas. Tinggal kita apakah kita yang tewas di “padang gurun” atau yang sampai “ditanah perjanjian”. Saya sedikit sedih dengan beberapa respon teman-teman , keluarga dan orang-orang yang menangisi ahok. Menangisi keadilan, menangisi pemerintah dll. Perenungan ini mengingatkan saya akan situasi dimana perempuan-perempuan menangisi Yesus. ( Lukas 23 : 27-28) Yesus mengatakan “ Hai, puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu !” yang mungkin bisa di artikan adalah Yesus sendiri tidak perlu dikasihani, tidak perlu menuntut keadlian atas kehendak Tuhan akan diriNya. Tetapi tangisilah diri kita sendiri, sikap hidup kita dan tingkah laku kita. Apakah serupa atau tidak dengan Yesus. Sejalan dengan banyak yang menangis,tangisilah mengapa bukan kita yang di penjara? Bukankah kita lebih jahat dari pada ahok?. Marahlah kepada diri kita, mengapa bukan kita yang dihujat oleh orang-orang padahal kita sering kali menistakan agama kita sendiri? Dengan tidak taat dan membuat nama Tuhan di olok-olok karena kita! Ya saya menangisi diri saya sendiri. Perenungan ini saya bawa sampai kerumah dan saya berdiskusi yang singkat dengan istri saya. Pada awalnya sulit untuk menerima apa yang saya sampaikan sebelumnya, karena saya sendiri pun sulit untuk menerima, tetapi bagaimana pun saya harus sampaikan. Saya berserta istri akhirnya membawa pada beberapa kesimpulan yang membuat kami mengalami ketakutan . “Tanah perjanjian” sudah dekat! dan Tuhan sudah mulai mengambil alih dengan rencana-rencana yang di luar batas pikir manusia dan memberikan tanda-tandanya!. Sambil menanti “Yosua” setelah ahok yang akan memimpin kita “ketanah perjanjian” maka, #kita harus siap menjadi Yosua Baru! Ahok-ahok yang baru!!

Sabtu, 23 April 2016

Cukup bagiku "aku tahu Allah bersama ku""

Pagi ini seperti anak manuasia yang sudah sekian lama tidak tinggal di dunia ini. Dimana menikmati akan hikmat dan anugerah seperti ini sudah lama tidak terasa. Tubuh ini masih saja sama seperti dahulu tak ada yang berubah. Tiap hari aku melewati pagi hari seperti ini. Tetapi hari ini seperti baru saja bagiku.

Sentuhan manis itu hadir dari Allah di malam itu yang merubah pagi ini berbeda. Sentuhan kecil, tapi nyata. Jiwaku seakan terangkat, pikiran terkunci oleh si jahat, tubuhku rentan seakan memberitahu bahwa sudah selesai. Tetapi tidak berhenti disitu, jiwaku di tarik kembali yang berasal jauh dari dalam yaitu Roh. Dia masih ada! Allah memberi tahu bahwa Dia masih bersama ku. Seketika jiwaku tenang, pikiranku melawan si jahat, tubuhku bangkit. Hingga ku dengar jiwaku, pikiranku, tubuhku bernyanyi. Berserah kepada Yesus tubuh, roh dan jiwaku; kukasihi, kupercaya, kuikuti Dia t'rus. Aku berserah, aku berserah; kepadaMu, Jurus'lamat, aku berserah! .

Saat terbangun, dunia ini masih belum berubah apa-apa, masalah masih saja yang sama, beban masih saja yang sama, tidak ada perubahan yang signifkan. Hanya yang ku tahu perubahan saat ini yang cukup bagiku “ Allah Bersama ku”

Selasa, 04 Desember 2012

I Said That "It is Well"

Ketika badai persoalan menghantam hidup, sangatlah alamiah jika menginginkan hal itu cepat berlalu. Beranggapan bahwa dengan berlalunya badai, maka ketakutan dan kekuatiran juga akan berlalu. Tetapi realitanya tidaklah demikian! setelah badai itu pergi ternyata akan datang persoalan lainnya. Jangan berpikir untuk hidup tanpa masalah! sebab itu yang diperlukan untuk hidup damai bukanlah tidak adanya badai, tetapi KEHADIRANNYA dalam badai! Damai yang sejati hanya ditemukan dalam satu Pribadi, Yesus Kristus. teringat akan sebuah lagu "it is well'" When peace like a river attendeth my way, when sorrows like sea billows roll Whatever my lot, You have taught me to say, It is well, it is well, with my soul. -Dewi Martha Elisa Manihuruk